Gue masih inget banget pertama kali datang ke Taman Khatulistiwa di Pontianak. Rasanya kayak berdiri di tengah dunia, literally. Soalnya ya, tempat ini emang jadi ikon penting karena dilewati garis khatulistiwa — garis imajiner yang membelah bumi jadi dua belahan. Buat yang belum pernah ke sana, coba bayangin berdiri di satu titik yang secara geografis pas banget di tengah bumi. Keren, kan?
Begitu sampai, gue langsung disambut sama travel Tugu Khatulistiwa yang ikonik banget. Tugu itu berdiri kokoh, dengan prasasti yang menunjukkan fakta menarik tentang garis lintang nol derajat. Di sekitarnya, taman ini cukup asri, bersih, dan cocok banget buat santai bareng keluarga atau teman. Ada juga planetarium mini dan galeri yang menjelaskan tentang fenomena alam di garis Taman Khatulistiwa . Gue sempat bengong nonton penjelasan tentang equinox, fenomena di mana matahari berada tepat di atas kepala, dan bayangan kita bisa benar-benar hilang. Aneh tapi nyata!
Dan ya, karena tempat ini sering jadi spot wisata favorit, banyak juga pedagang kecil yang jual jajanan lokal kayak es lidah buaya dan keripik khas Pontianak. Jadi sambil ngopi dingin dan makan ringan, kita bisa menikmati pemandangan dan suasana yang tenang.
Kenapa Taman Khatulistiwa Jadi Wisata Terbaik di Pontianak?
Nah, ini yang menarik pemikiran kumparan. Banyak orang mungkin mikir, “Cuma taman dan tugu doang, apa serunya?” Tapi setelah ngalamin sendiri, gue bisa bilang tempat ini punya nilai edukatif, historis, dan atmosfer yang unik banget. Nggak banyak tempat di dunia yang bisa ngebanggain punya garis khatulistiwa langsung lewat wilayahnya.
Di sekitar Taman Khatulistiwa juga sering ada event budaya dan festival lokal, apalagi pas momen equinox di bulan Maret dan September. Waktu itu gue sempat dateng pas festival, dan suasananya rame, penuh musik tradisional, stand UMKM, sampai pertunjukan seni dari pelajar Pontianak. Gue suka momen-momen kayak gini, di mana turis lokal dan internasional bisa berbaur, saling belajar tentang budaya dan fenomena alam.
Dan yang nggak kalah penting, tempat ini instagrammable! Banyak spot foto keren, apalagi pas sunset. Gue sempat foto sambil berdiri tepat di antara dua garis yang menandai ekuator, dan hasilnya keren banget buat di-feed IG. Jadi kalau kamu anak konten, wajib mampir ke sini!
Tips Mengunjungi Taman Khatulistiwa Biar Nggak Kecewa
Gue mau jujur nih, pertama kali ke sana gue sempat bingung karena akses ke Taman Khatulistiwa dari pusat kota Pontianak lumayan jauh, sekitar 30 menit naik kendaraan. Jadi, tips pertama, pastikan kamu sewa kendaraan atau naik taksi online karena transportasi umum ke sana nggak terlalu sering lewat.
Tips kedua, usahain datang pagi atau sore hari biar nggak kepanasan. Karena posisinya di daerah tropis dan garis Taman Khatulistiwa , siang hari bisa panas banget, bahkan kadang bisa bikin pusing kalau nggak biasa. Gue waktu itu datang jam 2 siang, dan itu bukan ide bagus. Langsung cari tempat ngadem, haha.
Tips ketiga, kalau bisa, datang pas equinox. Ada acara spesial yang biasanya diadakan dua kali setahun, dan kamu bisa lihat langsung bayangan kamu “menghilang”. Selain keren, ini juga kesempatan langka yang cuma bisa disaksikan di beberapa tempat di dunia.
Dan yang nggak kalah penting, bawa air minum sendiri, kamera, dan jangan lupa sunscreen. Walau tamannya rindang, tetap aja matahari di garis tengah bumi itu “barbar”, cuy. Oya, jangan buang sampah sembarangan ya. Sayang banget kalau tempat sebagus ini jadi kotor karena pengunjung yang nggak bertanggung jawab.
Wisata andalan kota pontianak
Buatku pribadi, alasan Taman Khatulistiwa jadi destinasi top di Pontianak bukan cuma karena dia berada tepat di garis 0 derajat lintang. Tapi karena tempat ini punya kombinasi lengkap: edukatif, ikonik, dan instagenic. Dari sisi sejarah, ada nilai yang kuat banget karena tugu ini sudah berdiri sejak zaman Belanda dan terus dipelihara hingga sekarang. Nggak banyak kota di dunia yang bisa pamer punya garis Taman Khatulistiwa lewat tugu resmi yang diakui secara global.
Selain itu, fasilitas dan pengelolaannya juga cukup oke. Area tamannya bersih, ada spot foto yang ditata estetik, dan ada banyak informasi visual di sekitar lokasi. Kadang juga ada pertunjukan budaya atau festival lokal yang digelar saat momen kulminasi matahari. Jadi pengalaman ke sini bisa lebih dari sekadar berdiri di garis khatulistiwa — bisa dapet hiburan, ilmu, dan cerita seru dalam satu waktu.
Pengalaman Mengunjungi Taman Khatulistiwa: Rasanya Kayak Berdiri di Tengah Dunia
Jujur aja, sebelum ke sana aku sempat skeptis. “Cuma tugu di garis khatulistiwa, emang seheboh itu?” pikirku waktu itu. Tapi begitu sampai di lokasi, semua rasa ragu langsung sirna. Ada sensasi aneh tapi keren banget waktu aku berdiri tepat di bawah tugu utama. Ada garis di tanah yang menandakan 0 derajat lintang, dan guide lokal sempat bercanda, “Sekarang kamu berdiri di dua belahan dunia sekaligus.” Gokil, kan?
Waktu aku datang pas banget menjelang peristiwa kulminasi matahari. Itu momen ketika matahari tepat berada di atas kepala dan bayangan benda benar-benar menghilang. Katanya cuma terjadi dua kali setahun, dan rasanya magis banget. Suasananya juga ramai, tapi tetap tertib karena banyak pengunjung yang juga penasaran pengin lihat langsung fenomena ini.
Selain tugu dan garis khatulistiwa, di area taman juga ada museum kecil yang menyimpan sejarah pembangunan tugu dan penjelasan ilmiah soal garis khatulistiwa. Buat yang suka sejarah dan sains, tempat ini bener-bener paket komplit.
Aku sempat ngobrol dengan beberapa turis dari luar kota. Ada yang dari Medan, Jakarta, bahkan luar negeri. Banyak dari mereka yang sengaja datang ke Pontianak hanya untuk “menyeberang khatulistiwa”. Kalau kamu suka traveling dengan tujuan unik dan antimainstream, tempat ini harus masuk list kamu.
Satu tips penting: jangan lupa bawa topi dan sunblock ya, karena matahari di sini bisa sangat terik, apalagi kalau kamu datang pas kulminasi. Air minum juga wajib. Meski ada warung kecil di sekitar area, tetap lebih nyaman kalau kamu udah siap dari awal.
Aku pribadi merasa kunjungan ke Taman Khatulistiwa ini membuka perspektif baru. Nggak cuma soal geografi, tapi juga tentang bagaimana sebuah tempat bisa punya makna mendalam bagi identitas kota dan warganya. Taman ini jadi simbol, bukan hanya lokasi. Dan berdiri di sana, rasanya seperti jadi bagian kecil dari sesuatu yang besar — bumi.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Marrakesh: 5 Hal yang Wajib Kamu Ketahui Sebelum Berkunjung disini