Kue Rangi Kalau kamu pernah main ke Jakarta, pasti pernah dengar soal yang namanya kue rangi. Kue ini bukan cuma sekadar jajanan pinggir jalan, tapi bagian dari sejarah kecil yang melekat di hati banyak orang. Aku pertama kali nyobain kue rangi waktu masih SD, pas pulang sekolah. Ada abang-abang lewat dorong gerobak kecil, dan aroma harum kelapanya langsung bikin aku berhenti.
Aroma Kelapa Bakar yang Menggoda
Salah satu hal paling khas dari culinary kue rangi itu aromanya. Serius deh, saat kelapa parut itu dipanggang di atas cetakan, baunya nyebar ke mana-mana. Rasanya seperti manggil jiwa-jiwa yang kelaperan. Apalagi kalau dicampur dengan saus gula merah yang udah kental dan manis. Perpaduannya tuh nggak main-main, sob. Manis, gurih, ada wangi hangus yang justru bikin makin nikmat.
Bahan Dasar Kue Rangi yang Sederhana
Bicara soal bahan, kue rangi ini sebenernya nggak ribet-ribet amat. Biasanya cuma pakai tepung sagu, kelapa parut kasar, sedikit garam, dan tentu aja saus gula merahnya. Walaupun sederhana, rasanya tuh bisa ngalahin dessert mahal di restoran. Kadang, justru kesederhanaan itu yang bikin kue rangi terasa istimewa.
Proses Masaknya Penuh Kenangan
Kalau kamu lihat cara bikinnya, pasti kamu bakal makin kagum. Adonan kelapa dan sagu ditekan ke dalam cetakan mirip kayak cetakan kue pukis. Tapi, bedanya, cetakan ini ditaruh langsung di atas bara arang. Bayangin ya, sambil panas-panasan, abang-abang itu sabar banget masak satu-satu. Setelah agak kecoklatan, baru deh dikasih saus gula merah yang udah dicairkan.
Kenapa Disebut Kue Rangi?
Jujur, aku juga dulu sempat mikir, “Kenapa sih namanya kue rangi? Apa ada hubungannya sama ‘harum’ atau ‘wangi’?” Ternyata, setelah aku baca-baca, kata “rangi” berasal dari bahasa Betawi, yang memang mengacu pada bau harum. Jadi masuk akal sih, soalnya aromanya emang ngangenin banget!
Gimana Rasanya?
Rasa dari kue rangi tuh unik banget. Gurih dari kelapa, ada tekstur kenyal dari sagu, lalu disiram saus manis yang legit. Kadang ada yang bikin versi modern pakai topping keju atau meses, tapi buat aku pribadi, versi klasiknya tetap juara. Rasanya tuh nggak bisa digantiin sama kue lain.
Kue Rangi dan Memori Masa Kecil
Ngomong-ngomong soal kue rangi, aku jadi inget masa kecil yang nggak bakal bisa dilupain. Dulu, tiap sore ada abang langganan yang jualan di depan gang rumah. Aku sering lari-lari sambil bawa uang receh cuma buat beli satu porsi. Waktu nunggu kuenya matang itu rasanya lama banget, padahal cuma butuh beberapa menit. Tapi karena enaknya, penantian itu terasa berharga.
Tantangan Menemukan Kue Rangi Zaman Sekarang
Sayangnya, sekarang udah makin susah nemuin penjual kue rangi. Di Jakarta sekalipun, udah jarang banget yang jualan keliling. Kadang ada di festival kuliner atau acara pasar malam, tapi tetep aja rasanya beda. Mungkin karena suasana atau karena udah jarang lihat proses masaknya langsung.
Kue Rangi dan Eksplorasi di Dapur Sendiri
Karena penasaran, aku sempat coba bikin sendiri di rumah. Cetakan kue pukis bisa jadi alternatif, meskipun hasilnya agak beda. Yang penting tetap bisa nikmatin rasa yang mirip-mirip lah. Apalagi sekarang banyak resep kuerangi yang bisa diikuti dari YouTube. Tapi tetap, menurutku kuerangi yang dibikin abang-abang keliling itu punya rasa yang lebih ‘hidup’.
Resep Kue Rangi Simpel Buat Dicoba
Kalau kamu penasaran dan pengen bikin, nih aku kasih resep versi praktis:
Bahan Adonan:
-
150 gr kelapa parut kasar (pilih yang agak muda)
-
100 gr tepung sagu
-
1/2 sdt garam
Saus Gula Merah:
-
150 gr gula merah, serut
-
1 sdt tepung maizena, larutkan dengan 50 ml air
-
100 ml air biasa
-
Sejumput garam
Cara Membuat:
-
Campur kelapa, sagu, dan garam. Aduk rata.
-
Masukkan ke cetakan kue pukis (atau teflon) dan masak dengan api kecil sampai bagian bawah agak gosong.
-
Sementara itu, masak gula merah dan air sampai larut, masukkan larutan maizena, aduk terus sampai mengental.
-
Siramkan saus ke atas kuerangi yang sudah matang.
Simpel, kan? Tapi tetep bikin lidah joget!
Tips Biar Kue Rangi Lebih Nikmat
Aku juga pernah gagal waktu pertama bikin. Ternyata, kuncinya ada di takaran kelapa dan sagu. Jangan kebanyakan tepung, nanti malah keras dan kurang gurih. Juga, pastikan api nggak terlalu besar biar nggak gosong tapi tetap matang merata. Dan satu lagi, saus gula merah harus agak lengket supaya nempel di kue.
Variasi Kue Rangi Kekinian
Walau aku cinta mati sama versi tradisional, aku juga nggak anti sama inovasi. Sekarang banyak yang nambahin topping kayak keju parut, meses cokelat, bahkan bubuk green tea. Rasanya sih enak, tapi ya itu… sensasinya udah agak beda. Tapi siapa tau, buat generasi sekarang malah itu yang disuka.
Kue Rangi dan Eksistensinya di Budaya Betawi
Nggak bisa dimungkiri, kuerangi ini bagian dari identitas kuliner Betawi. Sama kayak kerak telor, bir pletok, atau dodol betawi. Jadi kalau kue ini sampai punah, rasanya sedih banget. Makanya, aku seneng banget kalau ada event budaya yang ngangkat makanan-makanan kaya gini.
Cara Memperkenalkan Kue Rangi ke Generasi Muda
Menurutku, kunci supaya kuerangi nggak punah adalah dengan cara dikasih exposure yang fun. Bisa lewat TikTok, YouTube, atau event kuliner anak muda. Apalagi sekarang anak-anak suka konten masak-masak. Kalau mereka tahu bahwa kuerangi itu unik dan gampang dibuat, pasti mereka juga tertarik.
Pengalaman Menjual Kue Rangi Online
Temenku pernah coba jualan kuerangi lewat Instagram. Dia bikin sistem pre-order dan ternyata cukup laku. Orang-orang kangen sama jajanan tradisional tapi nggak tau harus beli di mana. Dari situ aku sadar, kadang kuncinya cuma tinggal aksesibilitas aja.
Kenapa Kue Rangi Layak Diangkat Lagi
Dengan segala keunikannya, aku rasa kuerangi punya potensi buat jadi bintang lagi di dunia kuliner. Cuma perlu dikemas lebih menarik dan disesuaikan sama tren. Tapi tetap menjaga resep aslinya. Karena, justru dari kesederhanaannya itu nilai sentimentalnya muncul.
Kue Rangi sebagai Inspirasi Kreatif
Buat kamu yang suka bikin konten kuliner, kuerangi bisa jadi bahan yang menarik. Bisa dibuat jadi konten resep, sejarah kuliner, atau bahkan dijadikan produk jualan. Aku pernah lihat kafe kecil di Jakarta yang jual kuerangi versi mini sebagai snack. Kreatif banget, kan?
Kue Rangi dan Nostalgia yang Tak Tergantikan
Seiring waktu, makin banyak makanan baru bermunculan. Tapi tetap saja, ada beberapa rasa yang nggak tergantikan. Kuerangi, buat aku, adalah salah satunya. Nggak cuma soal rasa, tapi soal kenangan, kebersahajaan, dan rasa hangat dari masa lalu.
Yuk, Lestarikan Kue Rangi!
Kalau kamu baca sampai sini, mungkin kamu udah mulai ngiler ya. Atau minimal jadi penasaran. Nah, sekarang saatnya kita bareng-bareng ngelestarikan kuerangi. Bisa dengan cara bikin sendiri, ngajak temen nyobain, atau posting di medsos biar makin dikenal. Karena makanan tradisional kita itu bukan cuma enak, tapi juga penuh cerita.
Baca Juga Artikel Berikut: Nasi Grombyang: Kuliner Berkuah yang Bikin Nagih dari Pemalang