Kalau bicara soal aktor Indonesia yang namanya nggak pernah redup meski jarang tampil di layar, saya selalu ingat Nicholas Saputra. Jujur aja, pertama kali saya nonton dia di film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC), saya langsung paham kenapa banyak orang begitu terpesona. Dia bukan cuma ganteng ala cover majalah, tapi punya aura yang sulit dijelaskan. Karakternya sebagai Rangga waktu itu benar-benar jadi bahan obrolan anak sekolah, mahasiswa, bahkan orang tua.
Saya masih ingat betul, setelah AADC booming, banyak teman saya yang tiba-tiba suka baca puisi atau nongkrong di kafe buku, hanya karena terinspirasi Rangga. Keren sih, efeknya gede banget. Dari situ saya mulai penasaran, siapa sih sebenarnya Nicholas Saputra di balik layar?
Siapa Sebenarnya Nicholas Saputra?
Nicholas Schubring Saputra, lahir di Jakarta tahun 1984. Ayahnya berdarah Jerman, ibunya orang Jawa. Jadi kalau dilihat wajahnya, memang ada kombinasi khas yang bikin dia terlihat unik. Tapi jangan salah, meski punya darah campuran, Nicholas Saputra itu sangat Indonesia dalam cara dia membawakan dirinya Wikipedia.
Yang bikin menarik, Nicholas Saputra sebenarnya bukan tipe orang yang bercita-cita jadi artis dari kecil. Katanya dulu dia lebih suka dunia arsitektur, bahkan sampai kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur UI. Tapi jalan hidup membawanya ke dunia hiburan setelah ikut casting untuk film Ada Apa Dengan Cinta? tahun 2002. Bisa dibilang, keputusan itu yang akhirnya mengubah arah hidupnya.
Dan kalau dipikir-pikir, mungkin inilah salah satu alasan kenapa dia berbeda. Dia nggak pernah terlihat seperti orang yang haus popularitas. Kehidupan pribadinya cenderung misterius, nggak banyak drama, dan dia lebih sering terlihat di balik layar proyek-proyek yang meaningful. Itu yang bikin saya merasa, Nicholas bukan sekadar aktor, tapi juga sosok dengan idealisme kuat.
Apa yang Membuat Nama Nicholas Saputra Booming?
Jawaban simpelnya: Ada Apa Dengan Cinta? Tahun 2002, film itu meledak. Semua orang nonton. Semua orang ngomongin. Saya masih ingat, bioskop penuh, tiket ludes, bahkan ada yang nonton berkali-kali. Dan pusat perhatian utamanya jelas dua tokoh: Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra).
Nicholas dengan gaya cool, tatapan dingin, dan cara ngomongnya yang tenang banget itu bikin banyak orang jatuh hati. Bahkan cowok-cowok pun jadi ikutan gaya “Rangga” — sedikit cuek, tapi dalam.
Setelah itu, Nicholas jadi semacam ikon generasi. Hampir semua film remaja era 2000-an terinspirasi gaya AADC. Tapi uniknya, dia sendiri nggak mau terjebak. Dia pilih peran yang lebih serius, lebih berat, seperti di Janji Joni (2005), 3 Hari untuk Selamanya (2007), dan Sokola Rimba (2013).
Kalau saya lihat, booming-nya Nicholas bukan cuma karena wajah atau pesona layar lebarnya, tapi juga karena dia pintar menjaga momentum. Dia nggak tampil di semua proyek, tapi sekali muncul, langsung jadi pembicaraan.
Peran Akting Nicholas Saputra di Dunia Hiburan Indonesia
Buat saya, ada beberapa peran Nicholas yang paling berkesan:
Rangga – AADC (2002) & AADC 2 (2016)
Siapa yang bisa lupa tokoh ini? Rangga itu dingin tapi sensitif, keras kepala tapi romantis. Dan dua film ini seperti buku yang dibuka dan ditutup setelah 14 tahun. Waktu AADC 2 rilis, jujur saya merinding lihat Rangga-Cinta ketemu lagi. Rasanya seperti reuni dengan masa muda sendiri.Joni – Janji Joni (2005)
Di sini Nicholas beda banget. Dia jadi kurir film yang penuh energi, agak konyol, dan jauh dari sosok Rangga. Buat saya, peran ini membuktikan dia bukan aktor satu karakter.Riri – 3 Hari untuk Selamanya (2007)
Film ini agak filosofis. Ceritanya perjalanan dua orang yang menemukan diri mereka selama road trip. Akting Nicholas di sini lebih natural, nggak terlalu dibuat-buat.Butet Manurung – Sokola Rimba (2013)
Nah, ini salah satu peran paling serius. Dia memerankan Butet, tokoh nyata yang mendedikasikan hidup untuk pendidikan anak-anak di pedalaman. Peran ini menunjukkan sisi idealis Nicholas yang kuat.
Kalau kita tarik garis besar, Nicholas punya gaya main yang halus tapi ngena. Dia nggak pernah berlebihan. Bahkan dalam diam sekalipun, tatapan matanya bisa bicara banyak. Itu kualitas yang jarang dimiliki aktor lain.
Mengapa Nicholas Saputra Disukai?
Ini pertanyaan yang sering muncul. Jawaban saya, Nicholas disukai karena dia autentik.
Beda dengan artis lain yang sering tampil di infotainment, Nicholas justru jarang terekspos. Dia nggak banyak drama percintaan di publik, nggak terlalu aktif pamer di media sosial. Justru itu yang bikin dia makin disukai, karena kesannya eksklusif.
Selain itu, dia punya kepedulian sosial yang tinggi. Saya baca beberapa kali dia terlibat di proyek lingkungan, terutama konservasi alam. Dia bahkan aktif dalam film dokumenter tentang lingkungan, misalnya Semesta (2020). Jadi orang lihat, Nicholas bukan hanya aktor, tapi juga sosok yang peduli pada isu-isu penting.
Banyak fans bilang, Nicholas itu idaman bukan cuma karena wajahnya, tapi juga otaknya. Dia bisa ngobrol serius tentang seni, budaya, lingkungan, dan itu bikin kagum.
Keunikan dan Kehidupan Pribadi Nicholas Saputra
Yang unik dari Nicholas adalah caranya menjaga privasi. Nggak gampang menemukan gosip murahan tentang dia. Bahkan soal pacar pun hampir nggak pernah terekspos.
Dia lebih sering muncul di event seni, festival film, atau proyek dokumenter. Seperti waktu dia ikut memproduksi film Semesta, saya jadi makin yakin kalau Nicholas bukan sekadar cari uang lewat akting, tapi ingin memberikan dampak.
Di luar itu, dia suka traveling. Beberapa kali saya lihat wawancara tentang hobinya mendaki gunung atau jalan-jalan ke tempat terpencil. Katanya, itu cara dia recharge energi. Buat saya pribadi, ini relatable banget. Karena semakin sibuk hidup, kita memang butuh momen untuk “lari” sebentar ke alam.
Dan satu hal lagi: Nicholas punya selera fashion yang sederhana tapi elegan. Nggak pernah berlebihan, tapi selalu terlihat keren. Kayak effortless gitu. Itu juga jadi ciri khas dia.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Sosok Nicholas Saputra
Kalau saya rangkum, ada beberapa hal yang bisa kita ambil dari perjalanan Nicholas:
Jaga Kualitas, Bukan Kuantitas.
Nicholas nggak main di banyak film, tapi tiap filmnya berkesan. Ini bisa jadi pelajaran buat kita di dunia kerja atau bisnis: kualitas lebih penting daripada kuantitas.Autentik Itu Menjual.
Dia nggak pura-pura jadi orang lain. Gaya cool, pemikiran idealis, semua konsisten. Justru itu yang bikin orang jatuh cinta.Gunakan Popularitas untuk Kebaikan.
Banyak artis sibuk dengan dunia glamor, tapi Nicholas pakai popularitasnya untuk isu pendidikan, lingkungan, dan dokumenter. Ini inspirasi banget.Privasi Adalah Kekuatan.
Di era semua orang oversharing di medsos, Nicholas justru lebih dihargai karena misterius. Kadang, kita memang nggak harus cerita semua hal ke publik.
Baca fakta seputar : Biography
Baca juga artikel menarik tentang : Adikara Fardy dalam Sisi Personal: Keunikan dan Cerita Hidupnya